Selasa, 10 Juni 2008

In Memoriam OEY HAY DJOEN


Beberpa saat sebelum menerima berita duka mengejutkan tentang meninggalnya Bung Oey pada hari Minggu 18 Mei 2008, aku masih bertukar-fikiran lewat e-mail dengannya. Yang kami bicarakan ketika itu, bersangkutan dengan penerbitan buku Prof WF Wertheim, 'The Third World'. Buku Wertheim itu sudah lama selesai diterjemahkan oleh Hay Djoen. Ia sudah agak kesal juga begitu lama tertunda-tunda. Apa boleh buat. Soalnya, dana belum cukup, selain, waktu itu, menantikan kata pengantar dari Goenawan Mohamad.

Rencananya buku tsb akan diluncurkan dalam rangka Peringatan 100th Wertheim yang akan diadakan di Amsterdam, 04 - 06 Juni 2008 mendatang. Bertepatan pula dengan disampaikannya Wertheim Award 2008, kepada Benny G. Setiono di Amsterdam. Sayang sungguh, penerbitan buku Wertheim itu tak sampai disaksikannya sendiri oleh Oey. Sayang! Tapi, umur kan bukan ditangan kita sendiri. Betapapun, pada saat buku Wertheim 'The Third World' diluncurkan, kita mengangkat topi, menyatakan pengharagaan setinggi-tingginya mengenangkan Oey Hay Djoen sebagai penerjemah yang luar biasa tekun dan tak kenal lelah itu.

* * *
Dalam salah satu e-mailnya kepadaku, Oey Hay Djoen menyatakan lagi ingin sekali banyak bertukar-fikiran mengenai perkembangan belakangan ini di tanah air. Nanti, bila kita jumpa, pasti kita akan ngomong-ngomong sepuas-puasnya, kata Hay Djoen dengan antusias.

* * *
Oey Hay Djoen, kukenal sejak tahun 50-an abad lalu, di rumahnya Jl Tjiduarian 19, Jakarta. Hay Djoen kemudian menjadi salah seorang kawan dekatku tercinta. Orangnya selalu optimis, antusias, hangat tak terhingga terhadap kawan. Meski orangnya juga memang k e r a s. Tetapi tegas. Yang kurasa paling unggul dari watak Oey Hay Djoen sebagai seorang kawan seperjuangan, ialah kehangatannya yang tak terhingga terhadap kawan, meskipun jelas, tidak jarang, di antara kita, ada perbedaan dalam langgam bergaul dan dalam hal-hal tertentu menilai sesuatu.
Dalam salah satu e-mailnya baru-baru ini, Hay Djoen cerita dengan gembira dan bangga, bahwa ia baru saja 'kongko-kongko' dengan mantan Panglima Auri, Omar Dani, Haryo Kecik, Gus Dur dan Joesoef Isak, pada kesempatan makan bersama (yang kedua kalinya) dengan kurang lebih 50 sahabat dan taulan lainnya, di rumahnya di Cibubur. Aku masih menjawbnya dengan minta kepadanya, supaya sedikit-sedikit cerita dong, tentang cakap-cakapnya dengan beliau-beliau itu. Nantilah, kita tokh akan ketemu di Jakarta, demikian Hay Djoen.

Indonesia, generasi baru dan para cendekiawan mudanya, seluruh masyrakat, amat memerlukan pencerahan fikiran, amat memerlukan fikiran, ide-ide, maupun teori dari para pemikir revolusioner mancanegara, seperti Karl Marx, F. Engels, dll. Ini dilrasakan dan diyakini betul oleh Oey. Maka dengan bekerjasama dengan Joesoef Isak dari Hasta Mitra, ia menentukan bahwa kegiatan utamanya selanjutnya, setelah bebas dari penjara Orba, ialah mempersembahkan terjemahan karya-karya klasik maupun muthakir progresif revolusioner bagi bangsa kita.
Tidak pernah aku jumpai seorang progresif revolusioner seperti Oey Hay Djoen, yang dalam dedikasinya mensosialisasikan terjemahan-terjemahan buku bermutu progresif revolusioner, seperti apa yang dilakukan oleh Oey Hay Djoen.
Entah sudah berapa puluh buku dan karya klasik progresif revolusioner dari para pemikir seluruh dunia, yang telah diterjemahkannya, termasuk DAS KAPITAL Jilid 1, 2 dan 3, karya klasik ilmiah Karl Mrx dan F. Engels. Inilah antara lain jasa besar Oey terhadap bangsa dan gerakan demokratis/revolusioner di Indonesia.
Kesehatan yang berkurang dan umur yang bertambah bukanlah rintangan bagi Oey Hay Djoen, menunaikan suatu misi yang diyakininya sebagai suatu tugas mulya anak bangsa, mengabdikan tenaga dan fikirannya untuk kemajuan dan kebebasan berfikir bangsa ini, untuk perjuangan bebas dari penindasan dan penghisapan dalam maupun luar negeri.

* * *
Betapa kusayangkan bahwa tak sempat lagi bertemu dan bertukar fikiran dengan Oey Hay Djoen. Tak habis fikir, mengapa sampai terjadi begitu tiba-tiba kepergiannya itu. Selalu masih terkenang, seperti masih terrasa pelukannya yang begitu kuat dan erat setiap kali kita jumpa.
Pada saat-saat yang sedih dan duka, dengan kepergian Oey Hay Djoen, kita sampaikan rasa belasungkawa kepada istinya Jane Luyke dan putrinda Mado, mengharapkan mereka tabah menghadapi musibah ini.
Inna Lilahi wa Inaailaihi Rajiuun. Semoga arwarhnya diterima di sisi Tuhan Y.M.E. Amin

Amsterdam Bijlmer, Holland.

Tidak ada komentar: